Kamis, 21 April 2016

Menyaksikan Perburuan Paus di Lamalera


Kampung Lamalera. Kampung ini berada di pantai selatan Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur. Secara administratif, kampung ini terletak di Kecamatan Wulandoni. Masyarakatnya dikenal sebagai nelayan andal selama bertahun-tahun dan bahkan menyambung hidup dengan berburu paus di laut yang ganas. Kegiatan berburu paus ini juga telah menjadi bagian dari adat istiadat mereka dan sudah dilakukan selama ratusan tahun.

Ada sebuah upacara dan misa tahunan di sini, tradisi ini disebut dengan lefa. Lefa dilakukan setiap tanggal 1 Mei, atau sebelum musim berburu tiba dan dimaksudkan untuk memohon berkah dari Tuhan dan juga untuk menghormati arwah para leluhur mereka yang meninggal ketika perburuan paus.

Musim lefa  memang menjadi waktu yang spesial untuk berburu, masyarakat sekitar akan beramai-ramai melaut. Pada waktu ini, dikatakan adalah waktu di mana ikan-ikan besar banyak muncul. Tak hanya paus, tapi juga yang lainnya seperti hiu, pari dan lumba-lumba. Jika secara resmi, musim perburuan ini berada di sekitar bulan Mei hingga November. Namun, terkadang warga tetap menangkap paus yang melewati perairan mereka pada bulan Desember sampai April.

Di Lamalera, perburuan ikan ini dilakukan secara tradisional. Warga akan naik perahu layar ke tengah laut. Dalam 1 perahu, kira-kira berisi 7 orang, 1 di antaranya adalah yang bertugas untuk menikam paus (hanya jenis tertentu). Ketika paus tersebut lewat, maka si penikam akan melompat ke arah paus untuk menombaknya. Tombak harus diarahkan ke bagian jantung paus, tak jarang harus dilakukan berkali-kali. Tusukan yang pertama inilah yang paling berbahaya, karena paus bisa mengamuk dan melukai penombak.

Paus juga seringkali dilukai bagian tubuh lainnya agar cepat mati. Semua bagian tubuh paus ini dimanfaatkan, mulai dari kulit hingga ke tulang, bahkan lemaknya. Seluruh warga akan dibagi, masing-masing ada hitungannya dan tiap warga sudah memahami betul seberapa besar hak mereka. Seluruh rangkaian upacara, mulai dari mempersiapkan perahu hingga penombakan melalui doa-doa tertentu.


Entahlah.  Beberapa kelompok telah menyuarakan protesnya atas hal ini. Memang, berkesan begitu sadis. Namun, ini adalah bagian dari tradisi warga Lamalera. Lamalera, lautan dan paus seakan tak bisa dipisahkan, terlebih lagi, perburuan ini disahkan di mata internasional. 

Image: sayangi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar