Minggu, 14 Februari 2016

Wisata Budaya ke Kampung Sindangbarang


Wisata budaya, mungkin adalah jenis wisata yang cukup jarang dilirik oleh wisatawan. Bakan, seperti apa kegiatannya saja, kita masih bingung. Mungkin, contohnya adalah seperti jalan-jalan ke Kampung Naga itu, ya?

Kampung Sindangbarang, terletak di Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Katanya, ini adalah kampung tertua untuk wilayah Bogor. Menurut naskah Pantun Bogor, kampung ini sudah ada semenjak zaman Kerajaan Sunda, di abad XII. Dulu, di sini terdapat sebuah kerajaan yang bernama Sindangbarang, dengan ibu kotanya, Kutabarang. Mungkin inilah yang memberi nama bagi kampung ini.

Menurut cerita dari rakyat setempat, di kampung inilah terbentuknya ksatria-ksatria kerajaan, serta kebudayaan Sunda Bogor. Hingga sekarang, masih banyak jenis kebudayaan asli Bogor yang terus dipertahankan.

Lalu, apa yang bisa kita nikmati ketika datang ke sini?

Pertama, Anda bisa melihat situs purbakala, yang menjadi bukti dari keberadaan Kerajaan Pajajaran berupa bukit berundak. Anda juga bisa menyaksikan salah satu bentuk kebudayaan yang katanya masih dilakukan itu, loh. Yaitu sebuah pesta rakyat, yang disebut dengan upacara adat Seren Taun. Upacara ini dimaksudkan untuk bersyukur pada Tuhan atas hasil panen yang didapat sekaligus menjadi doa supaya hasil panen berikutnya akan lebih melimpah lagi.

And juga bisa trekking menyusuri persawahan dan sungai. Menikmati udara yang ramah bagi kesehatan. Sepanjang perjalanan, tengoklah rumah adat sunda yang ada. Bentuknya masih cukup asli, walaupun sudah diperbaiki. Ada juga lumbung padi yang berjejer rapi.

Dengan berkunjung dan menginap di sini, pengunjung akan diajak mengikuti gaya hidup masyarakat setempat. Mengikuti ibu-ibu menumbuk padi dan memasak menggunakan kayu bakar atau ikut bercocok tanam.

Hebatnya, kunjungan wisatawan ke sini dilakukan bukan dengan tujuan komersil namun untuk memperkenalkan kebudayaan Sunda dan membantu melestarikannya. Karena hasilnya, akan disalurkan untuk biaya operasional kampung, seperti untuk membiayai para pengurus, listrik, pelatihan kesenia, perbaikan bangunan, situs purbakala dan membiayai pagelaran seni.


Jika lebih banyak kampung dan masyrakatnya yang melakukan hal serupa, wah, dijamin, kebudayaan asli Indonesia tak akan punah.

Image: kp-sindangbarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar