Kampung
Lamalera. Kampung ini berada di pantai selatan Pulau Lembata, Nusa Tenggara
Timur. Secara administratif, kampung ini terletak di Kecamatan Wulandoni. Masyarakatnya
dikenal sebagai nelayan andal selama bertahun-tahun dan bahkan menyambung hidup
dengan berburu paus di laut yang ganas. Kegiatan berburu paus ini juga telah
menjadi bagian dari adat istiadat mereka dan sudah dilakukan selama ratusan
tahun.
Ada
sebuah upacara dan misa tahunan di sini, tradisi ini disebut dengan lefa. Lefa
dilakukan setiap tanggal 1 Mei, atau sebelum musim berburu tiba dan dimaksudkan
untuk memohon berkah dari Tuhan dan juga untuk menghormati arwah para leluhur
mereka yang meninggal ketika perburuan paus.
Musim
lefa memang menjadi waktu yang spesial
untuk berburu, masyarakat sekitar akan beramai-ramai melaut. Pada waktu ini,
dikatakan adalah waktu di mana ikan-ikan besar banyak muncul. Tak hanya paus,
tapi juga yang lainnya seperti hiu, pari dan lumba-lumba. Jika secara resmi,
musim perburuan ini berada di sekitar bulan Mei hingga November. Namun,
terkadang warga tetap menangkap paus yang melewati perairan mereka pada bulan
Desember sampai April.
Di
Lamalera, perburuan ikan ini dilakukan secara tradisional. Warga akan naik
perahu layar ke tengah laut. Dalam 1 perahu, kira-kira berisi 7 orang, 1 di
antaranya adalah yang bertugas untuk menikam paus (hanya jenis tertentu).
Ketika paus tersebut lewat, maka si penikam akan melompat ke arah paus untuk
menombaknya. Tombak harus diarahkan ke bagian jantung paus, tak jarang harus
dilakukan berkali-kali. Tusukan yang pertama inilah yang paling berbahaya,
karena paus bisa mengamuk dan melukai penombak.
Paus
juga seringkali dilukai bagian tubuh lainnya agar cepat mati. Semua bagian
tubuh paus ini dimanfaatkan, mulai dari kulit hingga ke tulang, bahkan
lemaknya. Seluruh warga akan dibagi, masing-masing ada hitungannya dan tiap
warga sudah memahami betul seberapa besar hak mereka. Seluruh rangkaian
upacara, mulai dari mempersiapkan perahu hingga penombakan melalui doa-doa
tertentu.
Entahlah.
Beberapa kelompok telah menyuarakan
protesnya atas hal ini. Memang, berkesan begitu sadis. Namun, ini adalah bagian
dari tradisi warga Lamalera. Lamalera, lautan dan paus seakan tak bisa
dipisahkan, terlebih lagi, perburuan ini disahkan di mata internasional.
Image: sayangi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar